beranda

Senin, 02 Juli 2012

Jemari Tangan Seakan Ada yang Menggerakkan

Syarifah, Pemijat Tradisional


Berbekal wangsit dari mimpi, Syarifah jadi mahir memijat. Ia percaya Puyang lah yang membantu yang menggerakkan jemari tangan untuk memassage setiap pelanggan.


Kios-kios di Pasar Melati, Bengkong Harapan telah disulap. Ruangan berukuran 4 x 6 meter dialihgunakan menjadi kamar sewa. Di pojok kirinya disekat dinding  pembatas  kamar mandi. Di depannya dapur sekaligus kamar tidur.

Kamar multiguna itu merupakan  tempat tinggal  Syarifah, bersama anak dan cucunya, Intan. Syarifah, adalah tukang urut tradisional. Sejak tiga bulan lalu ia bersama cucunya di sana. Sebelumnya,
 ia menyewa sebuah rumah di Bengkong Harapan. Lantaran kadang terendam banjir dan dimasuki ular, ia pun harus pindah.

Namun acapkali berpindah-pindah tempat tinggal ini merugikan Syarifah sendiri.Kenapa? Karena satu per satu  langganan urutnya hilang. ''Padahal saya sudah punya pelanggan lumayan banyak. Sewaktu tinggal di Sengkuang juga Tiban, pelanggan saya kebanyakan orang kantoran juga orang Singapura. Tapi sekarang nggak ada lagi, saya harus mulai dari nol, " kata Syarifah yang sudah 12 tahun menjadi tukang urut di Batam.

Syarifah mengaku tidak pernah terbayangkan akan menjadi tukang urut. Sebagai istri, ia hanya mengurus suami dan empat orang anak. Hingga suatu  ketika di tahun 1992, Syarifah bermimpi diberi doa untuk mengurut dari almarhum pakde dan bude (seorang penjuang 45). Dalam mimpi itu, Puyang (sebutan untuk almarhum) bilang, ilmu urut yang diturunkan ke saya itu untuk pensiun,'' kenang  wanita berusia 40 tahun ini.

Sejak bermimpi itu, Syarifah yang dulunya penakut, jadi pemberani. Dulu, untuk ke kamar mandi saja, ia minta diantar Asri, suami. Syarifah mengaku ada yang menjaga. Ia percaya Puyang itulah yang selalu menjaga dirinya.

Puyang inilah yang juga memberi kekuatan Syarifah ketika memijat. Tak heran, jika  Syarifah tidak merasa kelelahan setiap kali selesai mengurut. Ia pernah mengurut sampai 12 orang dalam satu hari. Memang, setiap memijat lima orang  dewasa, Syarifah harus berhenti sejenak. Karena syaratnya, ia harus merokok setengah batang dan minum. Saat merokok itulah, Syarifah mohon bantuan Puyang. Ia juga menyebutkan nama orang yang akan diurut. Setelah itu ia bisa mulai lagi.

Syarifah memang sangat mengetahui posisi urat. Ia akan tahu urat yang salah posisi atau penyakit setelah melakukan pemijatan. Dari jempol kirinya, ia  dapat menemukan semuanya. ''Serasa ada magnet saja. Jari jempol saya serasa dibawa ke tempat yang bermasalah. Biasanya, bentuk uratnya seperti tali yang terbelit. Cukup dengan menekan urat tadi dengan jempol dan mengurutnya, urat itu bisa kembali ke posisi semula,'' kata wanita kelahiran Palembang menambahkan.

Menurut Syarifah, jika urat yang bermasalah itu sudah lama (di atas satu tahun) harus dipijat satu kali dalam seminggu selama satu bulan. Sedangkan untuk urat bermasalah di bawah satu tahun, cukup diurut satu kali saja. Setiap kali memijat, Syarifah selalu mencari sumbernya. Ia tidak memijat pada bagian yang sakit. Seperti  salah satu pasiennya bernama Ros. Ibu tiga anak ini selalu mengeluh pegal dan sakit di bahu kiri. Pijatan justru dilakukan di paha bagian belakang. '' Sumbernya dari belakang paha ini. Ada urat yang terbelit dan sudah mengeras, karena itu saya pijat dan perbaiki posisi uratnya,'' kata ibu separuh baya itu.

Tak hanya memijat badan pegal, Syarifah juga pernah menangani pasien dengan kondisi parah. Di Penyengat, seorang nenek berumur 80 tahun divonis kanker. Nenek itu tidak bisa jalan. Tulang pinggulnya retak. Kemudian Syarifah melakukan pemijatan hingga 2 kali. ''Alhamdulillah, nenek itu sudah bisa jalan. Ada juga orang Singapura, dia datang dipapah. Badannya kaku, karena jatuh dari pohon. Saya urut juga. Sekarang sudah pulih, '' ungkap Syarifah lagi.

Sebagai tukang pijat, Syarifah tak boleh jijik. Ia pernah memijat nenek yang stroke di Pekanbaru. Badannya sudah dipenuhi kotorannya sendiri. Anak-anaknya tidak ada yang mau membersihkan. Syarifah yang kemudian membersihkan sebelum diurut.

Memijat dengan bantuan Puyang, membuat Syarifah harus menjalani pantangan. Ia tak bisa memijat di hari Selasa dan Sabtu. Suatu kali Syarifah diminta memijat pasien yang kondisinya parah dan butuh segera penanganan. Ia pun berangkat. Padahal hari itu Selasa. Sepulang dari memijat, Syarifah merasa pusing luar biasa. Diminumkan obat tidak sembuh. Hingga akhirnya setelah lewat tengah malam, saya mohon ke Puyang agar dimaafkan karena melanggar pantangan. Sama halnya dengan pasien, Syarifah juga memberi pantangan yaitu tidak mandi setelah dipijat. Melainkan keesokan harinya. ***


Jual Koran Menyambung Hidup

Jangankan berpromosi lewat media massa, untuk makan sehari-hari saja, Syarifah sering kebingungan. Ia bergantung dari promosi mulut ke mulut. Apalagi ponsel tidak punya, alamat rumah juga berganti-ganti. Baru-baru ini saja, Syarifah punya ponsel. Itupun, pemberian seorang pelanggan pijat. Agar dia mudah menghubung Syarifah. Ponsel bermerek Nokia dengan kartu bernomor 082173415059 itu masih bisa digunakan. Hanya casingnya saja yang  terbuka hingga harus diikat dengan karet gelang.

Saat tidak ada panggilan memijat, Syarifah harus mencari alternatif penghasilan. Syarifah berpikir untuk berjualan baju seken hand. Karena berjualan tanpa modal, ibu dari Helen Saparinga (21), Kamelia (18), Alex Irawan (17) ini, mengambil baju seken dari orang lain. Pembayaran dilakukan setelah barang laku. ''Terkadang hanya laku dua baju, uangnya terpakai untuk makan dan ongkos angkot. Biasanya saya bayarkan saat ada yang pijat, ''kata wanita ini.

Syarifah memang harus naik turun angkot, untuk menjajakan pakaian seken. Ia biasa menjual baju seken ke rumah-rumah liar (ruli) yang ada di Batam.

Dua tahun juga, Syarifah berjualan baju seken dari Singapura. Saat membawa baju seken dalam karung besar, Syarifah pernah ditabrak motor. Sejak itulah, ia beralih menjadi penjual koran. Bersama putri keduanya, Kamelia. Diajak juga dua cucunya, Rizky dan Intan. Saat itu, Syarifah sudah harus merawat Intan, anak dari Parida yang merupakan anak angkat Syarifah. Intan menderita hydrocephalus diletakkan di dalam gerobak bersama Rizky yang masih berusia  satu tahun.

Kawasan Nagoya juga Jodoh dikeliling Syarifah juga Kamelia sambil mendorong gerobak. Jika hari hujan, mereka berteduh di emperan ruko di Mc Donald Nagoya. ''Kalau bulan puasa, banyak sekali yang memberi makanan. Komplit semua ada,''kata wanita yang sudah hidup menjanda sejak suaminya meninggal dunia karena sakit.

Syarifah mengaku bisa berjualan koran hingga 100 eks sehari. Anaknya juga demikian. Karena itu ia bisa bertahan hingga tiga tahun berjualan koran keliling. Tapi karena kondisi Intan yang mudah sekali sakit. Syarifah berhenti berjualan koran. ''Sedikit saja kena air hujan, Intan bisa sakit, '' kata wanita berkerudung ini.

Kini ia bergantung dari panggilan pijat. Untung saja, Kamelia dan Alex sudah mulai bekerja. ''Tapi tahun ini Alex sudah menagih janji untuk sekolah lagi. Tahun lalu, dia tidak jadi mendaftar ke STM karena biayanya untuk pengobatan Intan. Karena itu dia bisa kerja di salah satu warnet. Saya jadi bingung, mencari uang masuk sekolahnya,''kata Syarifah lagi.

Kamelia, ibu Rizky juga tidak bisa membantu, gajinya habis untuk membelikan susu Rizky. Sedangkan Helen, sudah berkeluarga dan tidak tinggal di Batam. Namun itu tak membuat Syarifah menyerah, ia kerap berdoa dalam sholat agar dimudahkan dalam menghadapi semua masalah. (agn)



Hanya Tenaga Inilah untuk Kesembuhan Intan

Intan yang kini berumur 7 tahun menjadi tanggung jawab terberat Syarifah. Bocah berwajah India ini kerapkali sakit. Terlahir dengan kondisi kepala membesar (hydrochepalus), Intan yang waktu itu masih memiliki orangtua sempat menjalani operasi di Singapura. Hendra Ujang, orangtua Intan ini adalah warga negara Singapura keturunan India. Saat itu ia masih mampu membiaya operasi mengeluarkan cairan dari kepala Intan.

Dan saat Intan berumur 5 bulan, kedua orangtuanya meninggal. Keluarga besar Hendra Ujang di Singapura tidak mau membantu biaya pengobatan Intan. Mereka tidak mau mengakui Intan sebagai cucunya. Sejak itulah, Syarifah mengurus Intan. Padahal biaya perawatan Intan cukup besar, setiap minggu biaya yang dikeluarkan 80-100 ribu untuk membeli selang. Intan harus makan menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidung. Intan juga sempat di bawa ke Jakarta dan dioperasi lagi dengan biaya Jamkesmas.

Sejak pulang dari Jakarta itulah, Syarifah harus merawat Intan. Ia hanya mampu memijat Intan setiap kali Intan sakit. Di saat panas tinggi, Intan selalu kejang-kejang. Jika ada uang, Syarifah ke Puskesmas. Jika tidak ada uang, Syarifah hanya memberi obat penurun panas dari warung. ''Saya pernah putus asa, melihat panas Intan tidak turun dengan Sanmol. Lalu saya beli Bodrexin saya campur dengan obat penurun panas lainnya. Syukur, panasnya turun,''kata Syarifah.

''Pernah suatu kali, saya tak punya uang sama sekali, Intan panas tinggi. Saya ambil ayat kursi, lalu saya kucurkan air dari kertas bertuliskan ayat kursi tadi ke mulut Intan. Sambil membaca bismillah. Alhamdulliah Intan sembuh, badannya dingin,''kata wanita ini lagi.

Syarifah mengaku sering sedih, melihat Intan menjerit kesakitan ketika meluruskan badan. ''Selang yang ditanam sewaktu bayi itu sudah pendek. Jadi saat badannya diluruskan, selang itu membuatnya kesakitan. Seharusnya selang itu diganti sesuai dengan tubuhnya yang panjang. Tapi karena tidak ada biaya lagi, kami membiarkan saja,'' kata Syarifah yang sudah mencari pertolongan ke semua instansi.

Beberapa hari lalu, Intan dirawat dua hari di RS Budi Kemuliaan. Ia dibawa Syarifah karena kejang-kejang  hingga empat kali.  ''Kalau tidak kejang sebanyak itu, saya obati di rumah saja. Biayanya yang tidak ada. Saya bahkan harus mencari bantuan kemana-mana. Mencari pinjaman hutang. Ke mesjid Raya, ke Batam Pos juga. Semuanya saya datangi. Alhamdulliah biaya 1,5 juta bisa dibayarkan, '' kata Syarifah yang selalu menggendong Intan dengan kain saat ke luar rumah.

Syarifah hanya berserah diri. Ia hanya berdoa agar diberikan yang terbaik untuk Intan. Jika memang Intan punya kesempatan hidup normal, saya akan perjuangkan. Dengan tenaga yang ada ia usahakan tetap dapat membelikan Intan susu. Saat ini dalam sebulan, Intan butuh 7 kaleng susu 800 gram. Dan bubur Milna 14 kotak. Memang, Intan hanya bisa makan susu dan makanan encer. Ia tidak bisa menelan.
'' Suatu saat, Intan kehabisan susu dan saya tidak punya uang. Lalu saya masak nasi, dan airnya saya ambil dan meminumkan ke Intan. Akhirnya Intan diare, dia mencret. Ya, saya belikan obat di warung saja,''kata Syarifah yang berharap ada donatur yang mau membiayai operasi Intan di Singapura. (agn)

Tidak ada komentar: