Tidak Dibayar Kalau Tidak Ada Air
Sulitnya air di Tanjungpinang, menjadi sumber rezeki bagi Amat. Resiko menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan penghasilannya.
Pagi
itu, tak ada satupun awam gelap diatas langit kota Tanjungpinang. Bagi
Amat, cuaca cerah seperti ini adalah waktu yang baik, karena disaat
hujan, tanah menjadi sangat licin dan mempersulit perkerjaannya.
Tanpa
menunda waktu lagi, Amat pun bergegas menghidupkan sepeda motornya.
Mengenakan jaket jeans, kaos oblong dan celana jeans, Amat membawa
motornya menuju batu 9. Melewati jalan yang mulai ramai oleh
kendararaan.
Hari itu, Senin (25/6), adalah hari kedua Amat bekerja
di proyek Areca Water Park di km 9. Ia dapat proyek dari developer
membuatkan 20 sumur di perumahan. Namun yang sedang dikerjakan saat ini
adalah membuat sumur di tempat rekreasi water park tahap 2.
Setiba
di tempat kerjanya, Amat bergegas mengganti celana jeans dan kaosnya
dengan celana pendek dan kaos yang sudah berwarna merah karena tanah. Ia
pun masuk kedalam lubang sedalam 4 meter. Dengan bertelanjang kaki ia
menuruni sumur itu melalui lubang-lubang kecil yang sudah dibuatnya
disisi kanan kiri lubang. Dengan cepat Amat sudah sampai dibawah. Sudah
dua hari ini, Amat (29) mengerjakan sumur di area water park. Hanya
menggunakan cangkul dan garpu, Amat bisa membuat sumur dengan kedalaman
sampai 11 meter. "Kalau menggali 1,5 meter masih saya kerjakan sendiri.
Tapi lebih dari itu saya ajak asisten,"kata Amat yang sudah 2 tahun
menjadi pembuat sumut.
Seperti kemarin, ketika ditemui Batam Pos,
Amat baru saja keluar dari dalam sumur. Ia baru mencangkul tanah untuk
menambah kedalaman sumur , sedangkan buyung, asistennya diatas berdiri
menggerek ember berisi tanah dari dalam sumur.
Bagi pria asal
Pontianak ini, pekerjaan ini lebih menjanjikan dibandingkan bekerja jadi
tukang bangunan atau membuat kapal feri. "Kalau buat sumur, 4 hari saja
sudah bergaji 2 juta. Makanya saya tinggalkan pekerjaan yang lama dan
mulai serius jadi pembuat sumur,"kata suami dari Martini, wanita asal
Pontianak.
Namun Amat juga sadar, bahwa pekerjaannya ini tak hanya
beruntung besar saja tapi resiko juga besar. Gas beracun atau tertimba
cincin sumur yang terbuat dari batu adalah hal yang paling membahayakan
dari pekerjaannya ini. Pernah suatu kali, kata Amat, baru dua menit
menggali tanah, ia merasa sesak. Padahal, biasanya ia bisa bertahan
sampai tiga jam didalam lubang-lubang yang akan menjadi sumur itu.
"Sesak adalah tanda kalau ada gas beracun didalamnya. Biasanya saya naik
keatas, dan saya tidak lanjutkan pekerjaan itu hingga gas itu tidak ada
lagi,"kata Amat yang belajar otodidak saja.
Resiko tertimpa cincin
sumur bisa juga terjadi. Biasanya ketika menambah kedalam sumur atau
mengganti cincin sumur dibagian dalam yang pecah. "Karena saya harus
bekerja di bawah dan ada cincin menggantung diatasnya. Memang begitulah
resikonya kalau harus memperbaiki sumur yang salah satu cincin
didalamnya rusak. Sama juga ketika menambah kedalaman sumur, saya juga
bekerja dibawah cincin sumur yang sudah ada diatasnya, artinya ada
cincin sumur yang menggantung. Bahaya memang, karena bisa menimpa saya
yang dibawah,"kata Amat yang menetapkan tarif 1,5 juta untuk memperbaiki
cincin sumur yang rusak.
Di Tanjungpinang, permintaan membuat sumur
cukup banyak. Apalagi sumur gali yang harganya lebih murah dibandingkan
sumur bor yang ongkosnya mencapai Rp15 juta. "Kalau ongkos sumur gali
permeternya lebih murah hanya Rp300ribu. Dengan kedalaman 10 meter saja,
biayanya hanya Rp3juta,"jelas Amat.
Peminat sumur gali, kata Amat
memang terus bertambah. Makin meningkat lagi disaat musim kemarau,
jumlahnya bisa sampai 5-6 sumur dalam sebulan. "Kalau musim hujan hanya
sekitar 1-2 sumur saja.
Baru-baru ini Amat bercerita bahwa Ia baru
saja menyelesaikan pembuatan sumur seorang warga di perumahan Taman
Harapan Indah Blok H no 12, km 9. Kedalamannya sampai 11 meter.
Dan
dikerjakan dalam 5 hari. "Kalau harga permeter itu sebenarnya ditentukan
dari jauh atau tidaknya tempat membuang tanah galian. Semakin dekat
tempat membuangnya maka harga permeternya juga lebih murah. Ya..paling
murah Rp200ribu permeternya. Beda lagi kalau borongan seperti di water
park ini, harga permeternya hanya Rp150ribu,"tutur Amat.
Suhermin,
yang sumurnya baru saja selesai dibuat Amat, mengaku agak lega. Karena
ia tak lagi kebingungan kehabisan air. "Biasanya saya harus beli air
dari mobil tanki. Seminggu Rp125 ribu satu tangki. Satu bulan sudah
Rp500 lebih. Kalau ngarapin air PAM, agak susah. Rumah kami agak
ditengah, jadi sering kali airnya ngak kedapatan. Dengan adanya sumur
ini, sangat-sangat membantu kami,"kata pemilik kantin bu Darno, yang
menjual masakan khas Surabaya di RSAL.
Setiap kali membuatkan sumur,
Amat hanya bertanya pada pemilik rumah, dimana tempat yang tidak
mengganggu saja. Ia mengaku tak memiliki ilmu khusus. Ia bahkan tidak
tahu tempat yang banyak airnya. Jadi, Ia hanya menggali berdasarkan
permintaan pemilik rumah saja. "Karena itu, ketika saya menggali tanah
dan ketemu batu atau tidak juga keluar air, ongkos saya gratiskan.
Walaupun saya sudah menggali tanah cukup dalam,"kata Amat yang baru
sekali mengalami kejadian seperti itu.
Tapi, kata Amat, sering juga
ia tidak perlu capek atau berlama-lama menggali. Karena ada yang baru
digali, sudah keluar airnya. Seperti di daerah Suka Berenang, Amat
pernah membuat sumur hanya 3 meter saja, Airnya sudah banyak sekali.
Kalau di km 9 seperti di Jalan Ganet, hanya digali 7-8 meter saja, juga
sudah keluar airnya.
Sebagai kota tua, tanah-tanah di Tanjungpinang
ternyata menyimpan barang-barang peninggalan zaman dulu. Amat yang sudah
sering menggali tanah mengaku pernah menemukan mesin pompa tua. Ada
juga kain sarung. "Kain sarungnya bagus sekali. Masih utuh lagi. Kedua
barang itu saya simpan dirumah,"cerita bapak satu anak yang masih
berusia 6 bulan.
Tanah yang digali Amat itu didaerah Lembah Asri.
Menurut pemilik rumah, Ia sudah tinggal di tempat itu sekitar 37 tahun.
Pemilik rumah juga tidak tahu kalau ternyata di tanahnya ini tersimpan
barang-barang tua.
Ketika dapat orderan membuat sumur, Amat
biasanya bekerja lebih pagi. Pukul 08.00 WIB Amat sudah mulai. Agar
cepat selesai, Amat juga bekerja sampai pukul 17.00 WIB.
Pagi itu,
Amat masih terus menggali. Wajah terus terlihat sumringah. Karena air
sudah mulai keluar dari tanah yang digalinya. Artinya ia akan segera
menyelesaikan pekerjaan itu dan mendapat bayaran. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar