beranda

Senin, 11 Juni 2012

Pagelaran Wayang Orang Hainan

Dari Amerika, Malaysia Hingga ke Batam


Di manapun tampil, pemainnya tidak minta bayaran. Mereka hanya ingin wayang orang ini tetap dikenal dan tidak dilupakan.
Malam minggu (10/9) itu di ballroom Hotel Vista Batam, Jack Peng (45), Wu Huixing (28), Adeline Goh (36) dan Jenny Chew Wai Eng (48) tampil memukau di depan 750 orang Hainan yang hadir dalam ulangtahun perkumpulan warga Hainan Batam yang ke empat. Di atas panggung berlatar belakang gambar Gunung Wuzhi Shan (yang dalam bahasa China berarti Gunung Lima Jari), Jack berlakon sebagai San Pek. Sedangkan Wu Huixing memerankan tokoh Eng Tai.

Dikisahkan keduanya sama-sama merantau ke Hang Zhou untuk sekolah. Selama tiga tahun bersama, San Pek dan Eng Tai menjadi sahabat sejati. Selama tiga tahun itu juga, San Pek tidak tahu bahwa sahabatnya Eng Tai adalah seorang wanita. Eng Tai menyamar sebagai pria agar ia bisa sekolah. Dan berhasil. San Pek tidak tahu sama sekali. Bahkan saat San Pek mengantar Eng Tai pulang sejauh 18 Li, dia juga tidak sadar. Padahal Eng Tai sudah memberi isyarat bahwa dia adalah gadis yang berdandan sebagai laki-laki.

Dalam pementasan itu, Wu memang tampil dengan Hanfu, pakaian tradisional Cina berwarna merah muda plus topi. Topi adalah hiasan kepala untuk pria. Tampilan inilah yang menyembunyikan jati diri Eng Tai yang diperankan sangat baik oleh Wu, wanita kelahiran Hainan ini.

San Pek yang polos tetap tak terpengaruh dengan sindiran-sindirian Eng Tai. Dalam adegan wayang orang itu, Eng Tai berkata dalam bahasa mandarin Hainan yang terjemahannya seperti ini: ''Terus berjalan, di depan ada sebuah kolam, di kolam ada itik berpasangan, bila adinda anak gadis, maukah kakak Liang mengikat jodoh,''kata Eng Tai memancing San Pek agar tahu bahwa dirinya perempuan.

Dialog ini pun berlanjut. San Pek menjawab,''Mengikat pertalian cinta harus laki-laki dan perempuan, kau adikku dan aku kakakmu. Mengikat jodoh kakakanda juga mau, sayangnya engkau Eng Tai, bukanlah gadis berdandan merah,''kata San Pek.

Makin lama Obrolan San Pek dan Eng Tai ini pun terdengar lucu. Undangan yang mengerti bahasa Mandarin Hainan ikut tertawa. Eng Tai yang mulai kesal dengan kepolosan San Pek berkata, ''Berjalan sampai lagi ke sebuah kali, di kali ada sepasang angsa putih, yang jantan bermain ombak di depan, yang betina di belakang memanggil kakak, yang benar tidak salah,  aku lihat Kakak Liang lebih bloon daripada angsa,''kata Eng Tai sambil bersungut-sungut.

Mimik wajah Jack yang tertutup make-up tebal itupun berubah. Alisnya meninggi, matanya melotot. ''Eng Tai kau mau membuat aku marah, bicara ke mana saja serampangan, bila aku seekor angsa bloon, sejak sekarang jangan panggil aku Kakak Liang,''kata San Pek sambil berjalan meninggalkan Eng Tai.

Eng Tai yang ketakutan omongannya membuat hati San Pek tersinggung. Ia pun mengejar San Pek. ''Adinda sewaktu-waktu salah berkata, maafkan aku Kakak San Pek, sampai sini ada jembatan kayu sebatang, adinda takut entah bagaimana,''kata Eng Tai sambil bergelayut manja di punggung San Pek.

Karena San Pek dan Eng Tai dari keluarga berada, mereka memiliki pengawal pribadi. Mereka ikut menjaga selama San Pek dan Eng Tai sekolah. Di manapun berada, kedua pengawal itu ada. Pengawal pribadi itu diperankan Adeline Goh dan Jenny Chew Wai Eng. Adeline mengenakan satu stel pakaian pengawal berwarna hijau. Sedangkan Jenny menggunakan baju berwarna ungu.

Lengkap dengan sepatu flat yang biasa dipakai pemain kungfu. Rambut mereka diikat dua dan dibuat seperti sanggul di kanan dan kiri. Selama satu jam pementasan, keduanya jarang muncul. Namun akting dua ibu rumah tangga ini tak kalah dengan pemeran utamanya. Mereka juga bisa melucu.

Selama pementasan, mereka diiringi musik tradisional Cina. Musik itu diputar dari tape recorder disamping panggung. Terdengar petikan Sanxian, yang dikombinasi gesekan Erhu dan Luo, gong khas Cina dan Suona terompet Cina.

Di panggung, pemeran tokoh Eng Tai ini adalah guru TK dan SD di Singapura. Ia terlihat menguasai panggung. Wanita yang telah menikah dengan pria Singapura ini sangat fasih bernyanyi juga bicara dalam bahasa mandarin Hainan.

 ''Sepertinya saya menurunkan kemahiran bermain opera dari ayah. Sejak umur 14 tahun saya sudah bermain opera. Di Hainan, ayah saya jadi pengajarnya. Sedangkan saya ke Singapura ini pun menjadi guru opera di TK dan SD,''kata Wu Huixing dalam bahasa Inggris.

Berbeda dengan Jack, ia bukan orang Hainan. Namun ia sangat cinta seni peran. Sudah 25 tahun, real estate agent di Singapura ini mendalami dunia wayang orang Hainan. Jack pun mengakui, menjadi pemain wayang memang sulit. Karena harus menguasai 5 keahlian sekaligus yaitu harus bisa menyanyi, berbicara dalam bahasa Hainan, akting, kungfu juga ekspresi.

''Setiap tampil kami tak pernah minta bayaran. Kalau undangan yang jauh, kami hanya minta disiapkan akomodasi dan transportasi saja,''kata Jack dalam bahasa Inggris.
Tapi kadang, kata Jack ada yang memberi angpau. Biasanya dibedakan menurut perannya. Angpau untuk pemeran utama 300 dolar Singapura, peran pembantu 100 dolar Singapura saja.

''Baju, sepatu juga topi ini kami beli sendiri di Cina. Harga satu stel bajunya 350 dolar Singapura,''kata Jack lagi.

Tak hanya baju, ternyata mereka juga dituntut bisa merisa wajah sendiri. ''Semuanya bisa karena belajar. Jadi kami tak hanya belajar seni peran saja, melainkan juga tata rias wajah juga rambut,''kata Jack lagi.

Di Singapore Academic Art inilah, Jack Peng, Wu Huixing, Adeline Goh dan Jenny Chew Wai Eng belajar seni peran. Karena itu setiap kali manggung, grup wayang orang ini berbendera Singapore Academic Art. Bahkan setiap kali tampil baik itu di Singapura maupun di luar negeri selalu didampingi Direktur Utama Singapura Academic Art, Chay See Peng dan Hok Teck Mui, sekretaris umum lembaga pendidikan itu.

''Mereka ini bisa tetap survive karena ada keinginan mempertahankan opera,'' kata Direktur Utama Singapura Academic Art, Chay See Peng di ballroom Hotel Vista seusai pementasan wayang orang Hainan. Selain itu kata Chay See Peng, pemerintah Singapura juga mendukung pelestarian opera atau wayang orang ini agar tidak punah. Di sekolah-sekolah sudah dimasukkan dalam mata pelajaran Bahasa Mandarin. Jadi opera diselipkan dalam mata pelajaran ini.

Sudah tampil di mana sajakah wayang orang Hainan pimpinan Chay See Peng ini? ''Kami sudah pernah tampil di Malaysia, Cina, Amerika, Thailand juga Indonesia. Bulan lalu kami baru saja tampil di Tanjungpinang. Dan hari ini kami ada di Batam,''kata Jack menambahkan.

Di Singapura, wayang orang dari Singapore Academic Art ini juga sering tampil. Pertunjukkan terbesar yang pernah ditampilkan bertajuk Chinese Orchestra di Esplanade. Biayanya sampai 500.000 dolar Singapura. ''Kami buat lebih menarik, agar anak-anak muda juga suka. Semuanya di garap lebih modern. Karena menggunakan komputer,''tutur Jack. ***








Tidak ada komentar: